LIK REJEKI

Jumat, 25 Juli 2014

Laksamana Keumalahayati, Maritim dan Perempuan


Esther Wijayanti Saya ucapkan selamat atas terpilihnya Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014-2019. Serta selamat untuk seluruh pendukung Jokowi-JK yang gigih berjuang melawan segala fitnah yang sedemikian keji.

Dua hal yang menggetarkan hati saya dalam pilpres kali ini adalah pidato yang dilakukan di atas kapal Phinisi, serta jumlah pemilih perempuan yang mendominasi pilpres kali ini. Artinya, perempuan Indonesia telah menentukan Presiden dan Wakil Presidennya.

Pidato di Kapal Phinisi, bagi kita bersama adalah sebuah pondasi tekad, sebuah monumen pengingat, untuk mengembalikan kejayaan maritim nusantara. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di jalur perdagangan dunia. Dimana Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok dilalui sekitar 63.000 kapal kargo per tahun, dan dilalui 15,2 juta barrel minyak per hari.

Jadi, soal maritim bukan semata soal ikan. Namun soal ketahanan nasional dan ketergantungan ekonomi dunia pada keamanan jalur perdagangan di perairan Indonesia.

Mengenai perempuan. Perempuan adalah faktor terpenting penentu masa depan bangsa. Perempuan yang mendapatkan pendidikan yang baik, akan mengurangi jumlah kematian bayi dan balita, mengurangi jumlah balita kurang gizi, dimana kekurangan gizi mengakibatkan otak tidak berkembang sempurna dan anak jadi tidak pintar. Secara masif, generasi yang tidak pintar ini akan menghasilkan tenaga kerja murah. Akibatnya, siklus kemiskinan bangsa berkelanjutan.

Sebagai contoh, lihatlah Aceh, tingkat kematian bayi di Aceh mencapai 100 per bulan, sementara pelajar Aceh terbanyak tidak lulus UMPTN. Ada hubungan antara rendahnya kesehatan ibu dan bayi berdampak pada harapan hidup bayi, mal nutrisi dan kepandaian / ketidak lulusan UMPTN. Terlepas dari faktor-faktor tambahan seperti infrastruktur, pendidikan, dan tingkat korupsi yang turut memberi kontribusi. Garis besarnya ada pada pendidikan ibu, kesehatan ibu, yang menentukan kualitas generasi berikutnya.

Oleh karenanya, sebagaimana Bapak Jokowi dan Jusuf Kalla mendeklarasikan kemenangan di kapal Phinisi sebagai pengingat kejayaan masa lalu nusantara, marilah kita juga mengingat bahwa masa depan nusantara berada di tangan perempuan yang menghasilkan generasi penerus berkualitas.

Namun, kita belum punya monumen pengingat. Bahwa perempuan hebat akan menghasilkan generasi hebat. Oleh karenanya, saya mengusulkan untuk dibangun Monumen Pengingat, bahwa wanita Indonesia adalah wanita hebat, yang menghasilkan generasi hebat.

Monumen usulan saya adalah dibangunnya Monumen Laksamana Keumalahayati, yang ditempatkan di taman kota di DKI, seperti Waduk Pluit. Ditempatkan di DKI, agar monumen ini berdampak ke seluruh Indonesia.

Laksamana Keumalahayati, pada abad ke-15, memimpin 100 kapal perang dan sekitar 50.000 personnel. Bandingkan dengan TNI AL yang saat ini berkekuatan 136 kapal perang dan 76.000 personnel (wikipedia).
Monumen Laksamana Keumalahayati ini sangat tepat melambangkan kejayaan pertahanan maritim nusantara. Serta diharapkan membuat anak-anak perempuan Indonesia rajin belajar, ibu-ibu mendorong anak perempuannya untuk sekolah. Para orang tua tidak mengijinkan anak perempuannya untuk putus sekolah, lalu bekerja yang seringkali kemudian terperangkap pada perdagangan perempuan.

Seluruh lapisan masyarakat agar mendorong anak-anak perempuannya untuk mendapatkan pendidikan, bersemangat menuntut ilmu, agar menjadi perempuan yang hebat seperti Laksamana Keumalahayati. Dengan demikian, dalam jangka panjang, menghasilkan generasi hebat. Indonesia Hebat.

.- Esther Wijayanti -
Ketiklah Laksamana Keumalahayati di Kompasiana, lalu bacalah komen-komen di artikelnya, anda akan menemukan respon biasa-biasa saja, dan respon ‘wah saya baru tahu’ dari para komentator. Tanyailah lingkungan anda, apakah mereka mengetahui siapa Laksamana Keumalahayati? Paling banter dijawab pahlawan Indonesia, atau nama jalan, nama rumah sakit, nama sekolahan, nama divisi perempuan partai, maupun nama kapal laut.
Tidak spesial-spesial amat. Sekalipun biografinya ada dimana-mana, terutama di wikipedia.
Mari saya ajak anda melihat melalui sudut pandang penulis biografi Laksamana Keumalahayati dengan membaca sedikit saja cuplikan sejarahnya dari wikipedia berbahasa Inggris berikut ini.
Perhatikan yang saya bold:
Admiral Keumalahayati adalah putri Admiral Machmud Syah. Cucu dari Admiral Muhammad Said Syah, putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh tahun 1530-1539. Jadi, dalam darah Admiral Keumalahayati, mengalir darah biru kesultanan Aceh. Setelah lulus pesantren, Keumalahayati melanjutkan sekolah di Aceh Royal Military Academy, dikenal dengan nama Ma’had Baitul Maqdis.
Untuk menambah kekuatan angkatan laut pasca jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, serta menjaga jalur perdagangan di selat Malaka, Sultan Alauddin II Mansur I Syah (1577-1589) menunjuk Malahayati, sebagai Admiral pertama. Meskipun Malahayati perempuan, tentara-tentara dan para Jenderal menghormati Malahayati, yang telah membuktikan dirinya sebagai Komandan tempur yang terkenal kehebatannya dalam pertempuran melawan Portugis dan Belanda.
Tahun 1599, Komandan ekspedisi Belanda, Cornelis de Houtman tiba di pelabuhan Aceh. Pada awalnya, Sultan menerima de Houtman hingga kemudian de Houtman menghina Sultan. Belanda, yang sebelumnya sudah bertikai dengan Kesultanan Banten di Jawa Barat sebelum tiba di Aceh, memutuskan untuk menyerang Aceh. Admiral Malahayati memimpin pasukan Inong Balee (pasukan janda) untuk menyambut tantangan Belanda, yang berujung dengan tewasnya Cornelis de Houtman pada tanggal 11 September,1599 dalam pertarungan satu lawan satu di atas dek kapal.
Tahun 1600, angkatan laut Belanda dipimpin oleh Paulus van Caerden, merampok dan menenggelamkan kapal dagang Aceh yang penuh dengan rempah-rempah di perairan Aceh. Pasca insiden ini, pada bulan Juni 1601, Admiral Keumalahayati menangkap Admiral Jacob van Neck saat dia berlayar di perairan Aceh. Setelah berbagai insiden penghadangan ekspedisi angkatan laut Belanda, Maurits van Oranje mengirimkan Admiral Laurens Bicker dan Gerard de Roy dengan membawa surat permohonan maaf kepada Kesultanan Aceh.
Agustus 1601, Admiral Keumalahayati menemui utusan Maurits van Oranje dan membuat perjanjian gencatan senjata, serta ganti rugi 50 ribu gulden sebagai kompensasi atas tindakan Paulus van Caerden, sementara itu dari pihak Admiral Keumalahayati harus membebaskan tentara Belanda yang ditahan. Setelah perjanjian ini disepakati, Sultan mengirim tiga orang utusan ke Belanda.
Reputasi Admiral Keumalahayati sebagai Penjaga Kesultanan Aceh (Guardian of The Aceh Kingdom)membuat Inggris memilih menggunakan langkah diplomatik untuk memasuki Selat Malaka.
Ratu Elizabeth I mengirim James Lancaster kepada Sultan Aceh, yang kemudian bernegosiasi dengan Keumalahayati. Hasil dari negosiasi adalah perjanjian pembukaan rute kapal dagang Inggris ke Jawa yang disusul dengan pembukaan kantor cabang Inggris di Banten. Ratu Elizabeth I menganugerahi Lancaster gelar Knighthood atas suksesnya melakukan pembicaraan diplomatik dengan Aceh dan Banten.
Admiral Keumalahayati tewas dalam peperangan melawan Portugis di Teuluk Krueng Raya, dan dimakamkan di lereng Bukit Kota Dalam, 34 km dari Banda Aceh.
Di dunia, nama Admiral Keumalahayati sering disebut sebagai satu dari 10 Best Woman Warrior, dan satu dari 7 Warlord Woman in history.
.
Apa pentingnya yang saya bold?
Itu adalah waktu kejadian, nama orang, nama sekolah, jabatan seseorang, serta peristiwa penting yang mengikutinya.
Pernahkah anda dengar orang tua kita bercerita, dia lahirnya waktu Belanda menyerang Jogja? Atau waktu gunung meletus? Waktu DI/TII masuk kampung? Waktu ada pembantaian PKI? Waktu Surabaya dibom? Atau lahirnya waktu Soekarno baca Proklamasi?
Saat ini, masih banyak sekali orang yang tidak tahu persis tanggal lahirnya kapan. Karena pertengahan abad 19 banyak masyarakat tidak bisa baca tulis. Situasi tidak memungkinkan lembaga pemerintahan dimana orang-orang yang bisa baca tulis membuat akta kelahiran masyarakat.
Apalagi abad ke-15, di saat Keumalahayati hidup. Tidak adanya data kelahiran Keumalahayati menunjukkan bahwa orang Aceh tidak punya akta lahir Keumalahayati.
Namun,
Kematian Admiral Cornelis de Houtman, tidak mungkin bisa se-akurat itu jika bukan pihak Belanda sendiri yang mencatatnya.
Ganti rugi 50 ribu Gulden, tidak mungkin diingat dan diceritakan turun temurun oleh anak cucu orang Aceh selama 500 tahun kalau bukan karena dicatat oleh pihak Belanda.
Pilihan strategi diplomatik Ratu Elizabeth I, bukannya memilih jalan perang, tidak mungkin diketahui oleh masyarakat Aceh, tapi pihak Inggris sendiri yang mencatatnya.
Rakyat Aceh tidak akan tahu bahwa Lancaster dianugerahi Knighthood kalau bukan Inggris yang mencatatnya.
Orang Aceh tidak akan ingat nama Admiral Laurens Bicker dan Gerard de Roy yang diutus oleh Mauritz van Oranje lalu diceritakan turun temurun selama 500 tahun. Ini catatan milik Belanda.
Admiral Keumalahayati, jelas menjadi sorotan Eropa, sedemikian rupa sehingga sepak terjangnya dicatat untuk dipelajari. Kemenangan-kemenangan Admiral Keumalahayati dalam berbagai pertempuran disoroti. Kematian Cornelis de Houtman ditebas rencong di tangan Keumalahayati dicatat. Admiral Keumalahayati juga dijuluki sebagai Penjaga Kesultanan Aceh. Bahkan Elizabeth I tidak berani berperang melawan Aceh, dan memilih langkah diplomatik.
Saat itu, Indonesia merupakan daerah yang mensuply 100% kebutuhan merica , kina dan karet dunia. Sementara, rempah-rempah lainnya mensupply 50%-100% kebutuhan dunia.
Tidak ada yang bisa berdagang dengan berbagai wilayah di Indonesia tanpa melewati 100 kapal perang berkapasitas 400-500 angkatan laut di bawah pimpinan Admiral Keumalahayati. Sehingga, Admiral Keumalahayati adalah faktor penting yang harus diperhatikan. Segala sesuatu tentang Admiral Keumalahayati dipelajari, dan masuk dalam analisa Strength Weakness Opportunity dan Threat dalam berbisnis dengan berbagai wilayah di Indonesia.
Keberadaannya sebagai Penjaga Kesultanan Aceh (Guardian of The Aceh Kingdom) dihormati oleh dunia. Tidak bisa dipandang sebelah mata. Oleh karenanya Belanda dan Inggris punya catatan lengkap tentang Keumalahayati – Admiral yang akan mereka hadapi jika melewati Selat Malaka.
Bagaimana dengan Indonesia saat ini?
Memberi nama jalan, rumah sakit, kapal perang, dengan nama Keumalahayati dirasa sudah cukup. Tapi negara cuek saja, masyarakat tidak dianggap perlu tahu bahwa Indonesia, khususnya Aceh, pernah punya Penjaga Kesultanan Aceh perempuan dan dihormati para jenderal Aceh saat itu.
Apa pentingnya bagi masyarakat, dan anak-anak sekolah untuk mengenal Laksamana Keumalahayati?
Sangat penting.
Anak-anak perlu kenal pahlawannya yang gagah berani melawan kejahatan terhadap negara. Agar mereka punya cita-cita setinggi langit, makan yang banyak, belajar yang rajin, kalau besar nanti jadi orang hebat seperti Laksamana Keumalahayati yang ditakuti seantero angkatan laut Eropa.
.
Wahai anak-anak perempuan Aceh,
Pandanglah nenek moyangmu Laksamana Keumalahayati, Penjaga Kesultanan Aceh, Guardian of The Aceh Kingdom. Nanti kalau besar kalian jadi Guardian of Nangroe Aceh Darussalam seperti Laksamana Keumalahayati. Kalian keturunan Great Warrior, keturunan Warlord Women. Nggak pantas ditangkap sama levelan satpol pp cuma gara-gara salah pakai baju atau salah duduk di motor.

Esther Wijayanti  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar